Pesona Dunia Pariwisata dan Sejarah Kota Palembang
Kemana kaki harus melangkah jika kita ditanya tentang objek
wisata Kota Palembang? Apa ke Punti Kayu? Bukit Siguntang? Atau Sungai Musi?
Aduh, kok kita jadi bingung ya... Padahal bagi yang sejak kecil kita sudah di
sini, harusnya tahu betul di mana tempat objek wisata kota ini. Nah, kalau kita
mau memikirkan mengenai hal ini barang sejenak, kita akan temukan bahwa
sesungguhnya objek wisata Palembang itu sangat memesona.
Dalam industri pariwisata, ada dua jenis objek yang dapat dijadikan daya tarik daerah, yaitu wisata alam dan budaya. Dulu wisatawan semata-mata hanya tertarik pada keindahan alam suatu tempat, tapi sekarang banyak juga wisatawan yang tertarik untuk melihat khasanah warisan sejarah dan budaya di tempat-tempat yang mereka kunjungi. Berkaitan dengan hal itu, peninggalan arkeologi yang merupakan sumber daya budaya dapat dimanfaatkan menjadi aset wisata budaya.
Palembang sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Selatan, punya banyak potensi aset wisata budaya. Kota yang sudah berusia 13 abad lebih ini banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Secara kronologis, peninggalan itu berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam, sampai zaman kolonial Belanda. Dulu perencanaan kota pada masa Sriwijaya umumnya berada di meander Sungai Musi yang berupa tanggul alam atau tanah yang meninggi. Hal ini menunjukkan bahwa Sri Jayanasa menempatkan lokasi pemukiman sesuai dengan kondisi geografis Palembang.
Dalam industri pariwisata, ada dua jenis objek yang dapat dijadikan daya tarik daerah, yaitu wisata alam dan budaya. Dulu wisatawan semata-mata hanya tertarik pada keindahan alam suatu tempat, tapi sekarang banyak juga wisatawan yang tertarik untuk melihat khasanah warisan sejarah dan budaya di tempat-tempat yang mereka kunjungi. Berkaitan dengan hal itu, peninggalan arkeologi yang merupakan sumber daya budaya dapat dimanfaatkan menjadi aset wisata budaya.
Palembang sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Selatan, punya banyak potensi aset wisata budaya. Kota yang sudah berusia 13 abad lebih ini banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Secara kronologis, peninggalan itu berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam, sampai zaman kolonial Belanda. Dulu perencanaan kota pada masa Sriwijaya umumnya berada di meander Sungai Musi yang berupa tanggul alam atau tanah yang meninggi. Hal ini menunjukkan bahwa Sri Jayanasa menempatkan lokasi pemukiman sesuai dengan kondisi geografis Palembang.
(Mesjid
Agung Palembang)
|
Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, kegiatan kota
terpusat di sepanjang tepi Sungai Musi. Sebagian besar aspek pemukiman
berlokasi di tepi utara sungai, berupa bangunan keraton, masjid, dan pemukiman
rakyat. Rumah tinggal berupa rumah panggung dari bahan kayu atau bambu dan
beratap daun kelapa, juga ada rumah rakit yang ditambatkan di tepi Sungai Musi.
(Benteng
Kuto Besak)
|
Setelah dihapuskannya Kesultanan Palembang Darussalam pada
tahun 1823, wilayah sekitar Benteng Kuto Besak (BKB) ini dijadikan daerah
administrasi Hindia-Belanda yang dipimpin oleh seorang residen. Pada masa ini,
BKB yang awalnya tempat tinggal Sultan Palembang, dialihfungsikan menjadi
instalasi militer dan tempat tinggal komisaris Hindia-Belanda, pejabat
pemerintah, dan perwira militer.
Secara umum, pembangunan Kota Palembang menjadi kota yang modern dilakukan oleh Pemerintah Hindia-Belanda dan dimulai pada awal abad XX M. Berdasarkan UU Desentralisasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda, Palembang ditetapkan menjadi Gemeente pada 1 April 1906 dengan Stbl No.126 dan dipimpin oleh seorang burgemeester, yang dalam struktur pemerintahan sekarang setara dengan walikota. Meskipun demikian, burgemeester pertama Kota Palembang baru diangkat tahun 1919, yaitu LG Larive.
Secara umum, pembangunan Kota Palembang menjadi kota yang modern dilakukan oleh Pemerintah Hindia-Belanda dan dimulai pada awal abad XX M. Berdasarkan UU Desentralisasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda, Palembang ditetapkan menjadi Gemeente pada 1 April 1906 dengan Stbl No.126 dan dipimpin oleh seorang burgemeester, yang dalam struktur pemerintahan sekarang setara dengan walikota. Meskipun demikian, burgemeester pertama Kota Palembang baru diangkat tahun 1919, yaitu LG Larive.
(Kambang
Iwak)
|
Pada masa ini, pusat pemerintahan Kota Palembang dipindahkan
ke lokasi baru, yaitu sebelah barat BKB. Di kawasan ini juga didirikan
bangunan-bangunan umum, dan dilakukan pemindahan lokasi pasar, yang semula di
atas perahu di Sungai Musi lalu dipermanenkan di sebelah timur benteng. Dalam
tata ruang Kota Palembang abad XX M ini, dibangun pula lokasi pemukiman
orang-orang Eropa di sebelah barat benteng. Kalau sekarang ini kita bisa lihat
di sekitar kawasan Kambang Iwak. Ngeliatnya nggak perlu malem-malem, ntar
ketemu yang macem-macem. Hantu misalnya, hihihi… Tapi sekarang memang sudah
tidak seseram dulu. Kawasan Kambang Iwak yang dulunya dikenal sebagai kawasan
para banci seks beraksi kalau malam, sekarang sudah sangat berubah. Hal ini
karena adanya terobosan pengelolaan kawasan wisata, termasuk mengelola area
Kambang Iwak menjadi Kambang Iwak Park, yakni area taman hijau untuk olahraga
marathon.
(Rumah
Kapitan Cina)
|
Secara umum, tinggalan-tinggalan arkeologi yang dapat
dijadikan objek wisata kota terdapat di kawasan BKB dan sekitarnya, yakni di
sepanjang Jl. Merdeka serta kawasan Talang Semut. Di daerah-daerah tersebut,
masih dapat ditemukan bangunan-bangunan kuno yang berasal dari masa kesultanan
dan kolonial. Di kawasan BKB, kita masih bisa temukan Masjid Agung Palembang,
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, dan Rumah Kapitan Cina.
Kalau di sepanjang Jl. Merdeka dan sekitarnya, masih terdapat beberapa bangunan kuno dari masa Kolonial, seperti Kantor Walikota Palembang, dan Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumatera Selatan. Terus kalau di sekitar Talang Semut selain masih ada sekolah dan gereja kuno, juga masih dapat dilihat lansekapnya seperti jaringan jalan yang mengikuti keadaan kontur lahan setempat yang berbukit-bukit.
Daya tarik dari bangunan-bangunan di sepanjang Jl. Merdeka dan Talang Semut ini adalah gaya arsitekturnya yang punya ciri khas, yang pernah jadi trend gaya hidup di Indonesia pada awal abad XX, dan dikenal dengan istilah “Gaya Indis”. Kekhasan yang tercermin pada bangunan-bangunan tersebut terletak pada penggabungan gaya arsitektur Eropa dengan gaya arsitektur Indonesia. Tentu saja, jika tinggalan-tinggalan arkeologi itu ingin dijadikan objek wisata, maka diperlukan perencanaan yang matang dan komprehensif. Kawasan-kawasan yang terkonsentrasi tinggalan-tinggalan arkeologi tersebut sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu menjadi “kawasan bersejarah”. Di kawasan itu juga perlu dibangun fasilitas-fasilitas umum yang sangat penting demi kelestarian tinggalan-tinggalan arkeologi yang terdapat di dalamnya. Pembangunan semua fasilitas umum ini dimaksudkan agar para wisatawan yang datang tidak terfokus di satu tempat dan bisa dikendalikan.
Kalau di sepanjang Jl. Merdeka dan sekitarnya, masih terdapat beberapa bangunan kuno dari masa Kolonial, seperti Kantor Walikota Palembang, dan Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumatera Selatan. Terus kalau di sekitar Talang Semut selain masih ada sekolah dan gereja kuno, juga masih dapat dilihat lansekapnya seperti jaringan jalan yang mengikuti keadaan kontur lahan setempat yang berbukit-bukit.
Daya tarik dari bangunan-bangunan di sepanjang Jl. Merdeka dan Talang Semut ini adalah gaya arsitekturnya yang punya ciri khas, yang pernah jadi trend gaya hidup di Indonesia pada awal abad XX, dan dikenal dengan istilah “Gaya Indis”. Kekhasan yang tercermin pada bangunan-bangunan tersebut terletak pada penggabungan gaya arsitektur Eropa dengan gaya arsitektur Indonesia. Tentu saja, jika tinggalan-tinggalan arkeologi itu ingin dijadikan objek wisata, maka diperlukan perencanaan yang matang dan komprehensif. Kawasan-kawasan yang terkonsentrasi tinggalan-tinggalan arkeologi tersebut sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu menjadi “kawasan bersejarah”. Di kawasan itu juga perlu dibangun fasilitas-fasilitas umum yang sangat penting demi kelestarian tinggalan-tinggalan arkeologi yang terdapat di dalamnya. Pembangunan semua fasilitas umum ini dimaksudkan agar para wisatawan yang datang tidak terfokus di satu tempat dan bisa dikendalikan.
(Welcome
to Palembang)
|
Diyakini jika saja semua aspek atau
tempat potensial di Palembang ini diperhatikan dan dikelola sebaik mungkin,
Kota Palembang akan memiliki objek wisata yang tidak kalah dengan propinsi
lainnya di Indonesia. Memang selain kawasan ini banyak tempat lain yang
berpotensi jadi objek wisata Kota Palembang, seperti Sabokingking yang diduga
merupakan ibu kota Kerajaan Sriwijaya, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
(TPKS), ataupun Jembatan Ampera yang juga merupakan penghubung antara Ilir dan
Ulu.
Oya, ini saya punya daftar berbagai objek wisata yang bisa kamu kunjungi jika datang ke Kota Palembang. Apa aja? Cekidot!
Daftar Objek Wisata di Kota Palembang:
Oya, ini saya punya daftar berbagai objek wisata yang bisa kamu kunjungi jika datang ke Kota Palembang. Apa aja? Cekidot!
Daftar Objek Wisata di Kota Palembang:
- Bangunan Benteng & Tempat Sejarah: Benteng Kuto Besak, Benteng Kuto Gawang, Kantor Ledeng, Pelabuhan Boom Baru
- Museum: Monumen Penderitaan Rakyat (Monpera), Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Museum Bala Putra Dewa, Museum Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Museum Textile
- Jembatan & Sungai: Jembatan Ampera, Jembatan Kertapati, Jembatan Musi II, Sungai Musi, Sungai Gerong
- Pasar: Pasar 16 Ilir, Pasar Sekanak, Pasar Kuto, Pasar Cinde
- Tempat Ibadah: Masjid Agung, Masjid Lawang Kidul, Masjid Al-Mahmudiyah (Masjid Suro), Masjid Sungai Lumpur, Masjid Kiai Merogan, Masjid Ceng Ho, Kelenteng Soei Goiat Kiong, Kelenteng Pulau Kemaro
- Pemakaman Sultan & Raja-Raja Palembang: Kambang Koci, Makam Kawah Tekurep, Bagus Kuning, Makam Sultan Agung, Makam Sabo Kingking, Makam Ki Gede Ing Suro, Bukit Siguntang
- Permukiman & Kampung Etnis: Guguk Jero Pager Plembang Lamo, Kompleks Assegaff, Al Munawar dan Kapten Arab, Kampung Kapitan (Chinesee)
- Pulau: Pulau Kemaro, Pulau Seribu
- Perusahaan: Pertamina, PT Pusri
- Wisata Alam: Taman Hutan Wisata Punti Kayu, Kambang Iwak
- Rumah: Rumah Limas, Rumah Rakit
- Kuliner: Kelurahan 27 Ilir (Pempek), Pempek Candy, Pempek Saga, Pempek Pak Raden, Mie Celor 26 Ilir, Model H. Dowa, dll (tergantung selera)
- Olah Raga: Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Sport Hall
- Mall: Palembang Square (PS), Palembang Indah Mall (PIM), Palembang Trade Center (PTC), Palembang Square Xtension, International Plaza (IP)
Tuh, banyak dan menarik kan! Oya,
catatan kecil, yang nomor 14 itu di luar obyek wisata alam atau budaya yaa...
Tapi, patut ditambahkan, kalau-kalau para pelancong sekalian ingin sejenak
shopping-shopping di Palembang. Btw lagi, di sini juga ada beberapa toko yang
menjual kaos atau pernak-pernik khas Palembang seperti Kaos Nyenyes dan Kaos
Musi. Nah, tunggu apalagi? Ayo, kunjungilah Kota Palembang yang memesona ini...
Hee
sumsel tu
BalasHapushahah,, eo nggi
BalasHapuswong mano kito
BalasHapuswow krennn
BalasHapuswah,, bnyak jugo bngunan yg biso dikunjungi di palembang..
BalasHapusbagus bagus
BalasHapussaya suka sumsel
BalasHapusiyo artikel nyo bagus .(y)
BalasHapusnice
BalasHapus